Ide Judul Skripsi: Antisipasi Cyberbullying Anak Menggunakan Media Pembelajaran Interaktif

Daftar Isi

merlindawibowo.com – Cyberbullying pada anak merupakan tindakan intimidasi, pelecehan, atau kekerasan yang dilakukan melalui media digital atau internet. Bentuk-bentuk cyberbullying dapat beragam, mulai dari penghinaan, ancaman, pencemaran nama baik, hingga penyebaran informasi pribadi yang sensitif. Anak-anak yang menjadi korban cyberbullying dapat mengalami dampak emosional, psikologis, dan bahkan fisik yang serius.

Salah satu aspek yang membuat cyberbullying pada anak sangat berbahaya adalah karena anak-anak seringkali belum memiliki keterampilan atau pemahaman yang cukup untuk mengatasi atau menanggapi tindakan tersebut. Mereka mungkin merasa terisolasi, takut, atau malu untuk mengungkapkan apa yang terjadi kepada orang dewasa. Akibatnya, mereka bisa mengalami penurunan harga diri, kecemasan, depresi, dan bahkan berpikir untuk menyakiti diri sendiri.

Selain itu, cyberbullying juga dapat mengganggu perkembangan sosial dan akademis anak. Mereka mungkin kesulitan berkonsentrasi di sekolah, mengalami penurunan prestasi akademis, dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Dalam kasus yang ekstrem, cyberbullying dapat menyebabkan masalah perilaku, kecanduan internet, dan bahkan menyebabkan perasaan putus asa yang berujung pada tindakan bunuh diri.

Pencegahan dan penanggulangan cyberbullying pada anak memerlukan peran aktif dari orang tua, sekolah, dan masyarakat. Orang tua perlu terlibat dalam kehidupan digital anak-anak mereka, memantau aktivitas online mereka, dan membuka jalur komunikasi yang terbuka untuk membantu anak-anak menghadapi situasi cyberbullying. Sekolah juga memiliki peran penting dalam memberikan pendidikan tentang keamanan online dan menyediakan lingkungan yang mendukung bagi anak-anak untuk melaporkan kasus cyberbullying.

Secara keseluruhan, cyberbullying pada anak merupakan masalah yang serius yang membutuhkan perhatian dan tindakan yang cepat dan efektif dari semua pihak terkait untuk melindungi anak-anak dari dampak negatifnya.

Banyak hal telah berubah di era kemajuan teknologi saat ini. Perubahan tersebut mencakup cara kita belajar, bekerja, dan berinteraksi dengan orang lain. Teknologi telah berkembang pesat untuk memudahkan kehidupan manusia, termasuk di bidang informasi. Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat telah membawa dampak besar bagi peradaban manusia. Sebagai contoh, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Data dari Datareportal menunjukkan bahwa jumlah pengguna media sosial di seluruh dunia mencapai 4,48 miliar orang pada Januari 2021, atau sekitar 56,8% dari populasi dunia. Di Indonesia sendiri, jumlah pengguna media sosial pada Januari 2021 mencapai 170 juta orang, atau sekitar 61,8% dari total populasi.

Peningkatan teknologi dan informasi juga terjadi dengan cepat di Indonesia. Menurut Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet terbanyak berada pada usia 13 hingga 18 tahun. Generasi muda di bawah 30 tahun terhubung dengan internet sepanjang waktu dan sangat bergantung pada ponsel mereka. Namun, meskipun teknologi dan informasi berkembang pesat, masih terjadi banyak kasus kejahatan dunia maya yang menimpa pengguna. Banyaknya kasus kejahatan dunia maya menunjukkan bahwa penerimaan teknologi informasi di Indonesia belum sepenuhnya matang. Salah satu kejahatan yang semakin marak adalah cyberbullying, yang dapat menyebabkan dampak serius pada korban, termasuk depresi, kecemasan, dan bahkan bunuh diri.

Butuh konsultasi untuk penyusunan SKRIPSI dan JURNAL?
Silahkan jangan ragu untuk hubungi kami.

Dampak negatif dari cyberbullying menunjukkan perlunya edukasi yang lebih baik tentang masalah ini di kalangan remaja. Metode edukasi yang telah dilakukan sebelumnya masih terbilang kurang efektif, sehingga perlu adanya pendekatan yang lebih menarik dan mudah dipahami. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah metode gamifikasi, di mana elemen game digunakan dalam konteks non-game untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan meningkatkan motivasi. Dengan memanfaatkan metode gamifikasi, diharapkan para remaja akan lebih termotivasi untuk mempelajari materi tentang cyberbullying. Selain itu, penggunaan media visual seperti video dan gambar juga dapat meningkatkan minat belajar.

Baca Juga :   Anak Cerdas Secara Intrapersonal

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, kita perlu merancang sebuah aplikasi media pembelajaran tentang cyberbullying yang menggunakan metode gamifikasi dan berbagai media visual. Aplikasi ini akan disampaikan melalui website agar dapat diakses dengan mudah oleh siapa pun yang terkoneksi dengan internet.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penggunaan metode gamifikasi dan media tulisan, gambar, serta video dalam pembelajaran telah berhasil meningkatkan motivasi belajar seseorang terhadap suatu materi. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Paradise dan Merlinda Wibowo pada tahun 2021 berjudul “Pengembangan Learning Management System (LMS) dengan Menerapkan Video Based Learning dan Gamification Dalam Meningkatkan Motivasi dan Keterlibatan Mahasiswa” berhasil meningkatkan motivasi dan keterlibatan mahasiswa pada mata kuliah Berpikir Komputasi dengan menerapkan video based learning dan gamifikasi melalui Learning Management System (LMS). Penelitian ini menunjukkan peningkatan pengaksesan pada LMS oleh mahasiswa.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Abdurrahman Sidik pada tahun 2018 mengenai “Penggunaan System Usability Scale (SUS) Sebagai Evaluasi Website Berita Mobile” berhasil menunjukkan reliabilitas yang baik dalam mengukur kegunaan dan fungsi dari website berita DetikCom melalui penggunaan kuesioner SUS.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Riana Susanti pada tahun 2021 berjudul “Efektifitas Gamifikasi Sliding Puzzle Pada Pembelajaran E-Learning Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA” menunjukkan peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar IPA pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Mojotengah dengan menerapkan metode gamifikasi Sliding Puzzle.

Selain itu, penelitian oleh Luis Rumianda, Yerry Soepriyanto, dan Zainul Abidin pada tahun 2020 mengenai “Gamifikasi Pembelajaran Sosiologi Materi Ragam Gejala Sosial Sebagai Inovasi Pembelajaran Sosiologi Yang Aktif dan Menyenangkan” berhasil menciptakan pembelajaran Sosiologi yang aktif dan menyenangkan dengan menerapkan prinsip gamifikasi pada materi Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat.

Baca Juga :   Konsep MLM Sophie Paris

Terakhir, penelitian yang dilakukan oleh Untung Rahardja, Qurotul Aini, dan Alfiah Khoirunisa pada tahun 2019 berjudul “Implementasi Gamifikasi Sebagai Manajemen Pendidikan Untuk Motivasi Pembelajaran” berhasil meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar para mahasiswa di Perguruan Tinggi Raharja dengan menerapkan metode gamifikasi pada media pembelajaran iLearning.

Dari berbagai penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode gamifikasi dan media tulisan, gambar, serta video dalam pembelajaran telah berhasil meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa di berbagai konteks pendidikan.

Gamifikasi

Gamifikasi merupakan pendekatan pembelajaran yang memasukkan unsur-unsur permainan ke dalam konteks di luar permainan dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi pengguna dalam menyelesaikan suatu masalah. Dalam penerapan metode gamifikasi, berbagai elemen seperti poin, tingkat, papan peringkat, lencana, dan tantangan digunakan untuk mendorong keterlibatan pengguna.

Dalam konteks pendidikan, metode gamifikasi digunakan dalam proses belajar mengajar untuk merangsang minat belajar siswa sehingga mereka dapat mengumpulkan poin dengan menyelesaikan tantangan dan soal yang diberikan. Tantangan dan pertanyaan dirancang oleh guru untuk memberikan siswa kesempatan meraih prestasi.

Metode gamifikasi sangat sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran karena mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, baik yang bersumber dari dalam diri (intrinsik) maupun yang berasal dari pengaruh luar (ekstrinsik), serta dapat mengubah perilaku siswa dalam konteks pembelajaran. Tingkat motivasi yang tinggi cenderung berdampak positif pada peningkatan prestasi belajar siswa. Hasil pembelajaran dengan menggunakan metode gamifikasi juga dapat meningkatkan minat seseorang untuk mempelajari materi tertentu. Selain itu, penerapan metode gamifikasi dalam pembelajaran juga dapat meningkatkan jumlah pengguna yang mengakses platform media pembelajaran.

Media Visual

Media visual adalah sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan melalui simbol-simbol komunikasi visual. Tujuan utama penggunaan media visual adalah untuk menarik perhatian, menjelaskan ide dengan lebih jelas, dan menyajikan fakta dengan cara yang menarik agar tidak terlewat atau terlupakan. Media visual dapat berupa gambar, foto, grafik, tabel, diagram, kartun, dan jenis media lainnya yang hanya memiliki dimensi dua, yaitu panjang dan lebar.

Penggunaan media visual dalam pembelajaran memiliki manfaat yang signifikan. Media visual membantu dalam memperjelas konsep atau masalah yang disampaikan, karena lebih mudah dipahami dan lebih konkret daripada hanya menggunakan media verbal. Dengan menggunakan media visual, materi pembelajaran menjadi lebih realistis dan mudah dipahami oleh peserta didik, sehingga mempermudah proses pembelajaran.

Proses pembelajaran sendiri merupakan upaya untuk mengatur dan mengorganisir lingkungan sekitar siswa atau peserta didik sehingga dapat memotivasi mereka untuk belajar. Pembelajaran juga melibatkan proses belajar mengajar dan penerapan kurikulum lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Cyberbullying

Cyberbullying adalah perilaku intimidasi yang dilakukan melalui media elektronik. Ini juga bisa diartikan sebagai bentuk perundungan di platform media sosial, yang terjadi secara sengaja dan berulang-ulang dengan maksud merugikan korban. Pelaku cyberbullying dapat menggunakan pesan teks, gambar, atau video untuk merendahkan dan melecehkan individu lain.

Baca Juga :   Analisis Sentimen Untuk Aktifitas Cyberbullying Pada Remaja di Social Media Selama Pandemi COVID-19

Efek dari cyberbullying bisa sangat merugikan bagi korban, seperti timbulnya depresi, kesedihan yang berkepanjangan, perasaan frustasi, dan hilangnya kepercayaan diri. Bahkan, dalam kondisi mental yang lemah, bisa menyebabkan kegagalan dalam pendidikan atau bahkan berujung pada tindakan bunuh diri. Hal ini menunjukkan bahwa cyberbullying dapat memberikan dampak negatif yang serius terhadap kesejahteraan jiwa dan kondisi psikologis korban.

Cyberbullying cenderung banyak terjadi di kalangan remaja, karena tingginya tingkat penggunaan jejaring sosial, kurangnya empati, dan pengalaman menjadi korban bullying sebelumnya. Masa remaja, yang merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa, ditandai dengan perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Ini adalah masa di mana individu mulai aktif dalam mengeksplorasi diri, mengembangkan pemikiran kritis, dan menikmati pengalaman baru dalam rangka menemukan jati dirinya.

Penting untuk mengurangi angka cyberbullying pada anak karena dampaknya yang dapat berdampak buruk secara fisik, mental, dan emosional pada korbannya. Berikut adalah beberapa alasan mengapa pengurangan cyberbullying pada anak penting:

Kesejahteraan Psikologis: Cyberbullying dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi pada anak yang menjadi korban. Ini bisa berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis mereka dan mempengaruhi kepercayaan diri serta kemampuan mereka untuk berinteraksi sosial.

Prestasi Akademik: Anak-anak yang menjadi korban cyberbullying cenderung mengalami penurunan kinerja akademik karena mereka sulit berkonsentrasi dan fokus dalam belajar. Ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk meraih potensi akademik maksimal.

Kesehatan Fisik: Beberapa kasus cyberbullying juga dapat berujung pada kekerasan fisik atau perilaku merugikan lainnya di dunia nyata. Anak-anak yang menjadi korban cyberbullying mungkin mengalami gangguan tidur, gangguan makan, dan masalah kesehatan fisik lainnya.

Perilaku Negatif: Anak-anak yang menjadi korban cyberbullying juga rentan mengembangkan perilaku negatif seperti agresi, balas dendam, dan isolasi diri. Hal ini dapat berdampak pada hubungan sosial mereka dan mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekitar.

Pencegahan Bunuh Diri: Cyberbullying telah terkait dengan peningkatan risiko bunuh diri pada anak-anak yang menjadi korban. Dengan mengurangi kasus cyberbullying, kita juga dapat membantu mencegah risiko tragis ini.

Pendidikan dan Kesadaran: Pengurangan cyberbullying pada anak juga penting untuk meningkatkan kesadaran akan masalah ini di kalangan orang tua, pendidik, dan masyarakat secara luas. Dengan pendidikan yang tepat, kita dapat mengajarkan anak-anak tentang pentingnya perilaku online yang aman, hormat, dan bertanggung jawab.

Dengan mengurangi kasus cyberbullying pada anak, kita dapat menciptakan lingkungan online yang lebih aman, mendukung perkembangan positif anak-anak, dan mempromosikan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.

Semoga bermanfaat!