Berkenalan dengan Aksara Jawa

Daftar Isi

Asal Usul

Aksara Jawa berasal dari keluarga aksara Brahmi, sebuah sistem tulisan kuno yang berasal dari India. Aksara Brahmi tersebar di berbagai wilayah Asia Selatan dan Tenggara pada milenium pertama sebelum Masehi. Aksara Brahmi menjadi dasar bagi banyak sistem tulisan di wilayah ini, termasuk aksara Jawa.

Aksara Jawa

Pengembangan Awal: Pengembangan aksara Jawa dimulai pada abad ke-5 Masehi. Pada masa awal, umumnya digunakan untuk menulis prasasti dan karya sastra. Beberapa prasasti yang tertua yang menggunakan aksara ini ditemukan di wilayah Jawa Tengah, seperti Prasasti Kota Kapur, Prasasti Mantyasih, dan Prasasti Nalanda.

Pengaruh Budaya Hindu-Buddha: Pada abad ke-8 hingga ke-16, aksara Jawa mengalami pengaruh kuat dari agama Hindu-Buddha yang berkembang di Jawa. Kemudian digunakan secara luas dalam penulisan teks-teks keagamaan, kitab-kitab sastra, dan karya seni seperti ukiran dan tembikar.

Penggunaan di Kerajaan Jawa: Pada era kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha seperti Kerajaan Mataram Kuno dan Majapahit, aksara Jawa menjadi tulisan resmi dan digunakan dalam administrasi, hukum, dan pemerintahan. Banyak naskah-naskah penting ditulis dalam aksara Jawa pada periode ini.

Pengaruh Islam: Pada abad ke-15, agama Islam mulai masuk ke Jawa dan membawa pengaruh signifikan pada budaya dan tulisan. Meskipun tulisan Arab menjadi penting dalam konteks keagamaan Islam, aksara Jawa tetap digunakan dalam konteks budaya Jawa dan untuk penulisan teks-teks non-agama.

Transisi ke Alfabet Latin: Pada abad ke-19, penggunaan aksara Jawa mulai menurun seiring dengan masuknya sistem tulisan alfabet Latin oleh penjajah Belanda. Pemerintah kolonial Belanda mendorong penggunaan alfabet Latin untuk memudahkan administrasi dan komunikasi dengan penduduk setempat.

Baca Juga : Kenali 2 Bumbu Dasar dalam Masakan Nusantara

Baca Juga :   Paspor Online, Yuk Simak 10 Langkah Mudah Tata Cara Antriannya!

Mengenal Aksara Jawa

Aksara Hanacaraka, juga dikenal sebagai Carakan, adalah sistem tulisan yang digunakan dalam aksara Jawa untuk menulis bahasa Jawa. Aksara Hanacaraka terdiri dari 20 huruf dasar yang disebut “aksara nglegena” atau huruf dasar tunggal dan ditulis dari kiri ke kanan. Namun, dalam beberapa kasus, huruf-huruf ini dapat dipasangkan untuk membentuk suara vokal panjang atau diftong. Berikut adalah pasangan huruf dalam aksara Hanacaraka:

Pasangan Aksara Jawa

Seperti namanya, pasangan aksara hanacaraka merupakan simbol yang menemani aksara utama. Berfungsi untuk menghilangkan atau mematikan huruf vokal pada aksara hanacaraka.

Filosofi Angka Jawa

Sistem angka Jawa merupakan cara tradisional orang Jawa menghitung dan mewakili nilai numerik. Angka-angka Jawa memiliki asal-usul dari sistem angka Hindu-Arab, tetapi memiliki bentuk dan sebutan yang khas dalam bahasa Jawa. Berikut adalah angka-angka Jawa dari 1 hingga 10 beserta notasinya:

  1. Siji (1)
  2. Loro (2)
  3. Telu (3)
  4. Papat (4)
  5. Lima (5)
  6. Nem (6)
  7. Pitu (7)
  8. Wolu (8)
  9. Sanga (9)
  10. Sepuluh (10)

Notasi angka Jawa menggunakan karakter khusus Jawa, dan berikut adalah notasi untuk angka 1 hingga 10:

Notasi ANgka Jawa

Aksara Jawa

Filosofi angka Jawa mengandung makna simbolis dan spiritual yang mendalam. Setiap angka dalam sistem angka Jawa memiliki filosofi dan makna khusus yang dipercayai mempengaruhi kehidupan manusia. Berikut adalah beberapa contoh filosofi angka Jawa:

  1. Siji (1): Angka satu melambangkan kesatuan dan keberanian. Ini mengajarkan tentang pentingnya menjadi satu dalam pikiran, tujuan, dan tindakan.
  2. Loro (2): Angka dua menandakan keseimbangan dan hubungan. Ini mengajarkan tentang pentingnya menjaga keseimbangan dalam hidup dan hubungan dengan orang lain.
  3. Telu (3): Angka tiga melambangkan kesempurnaan dan kekuatan. Ini juga terkait dengan konsep trinitas dalam agama.
  4. Papat (4): Angka empat melambangkan stabilitas dan keadilan. Ini mengajarkan tentang pentingnya berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang adil.
  5. Lima (5): Angka lima mewakili manusia dan kelima panca indera. Ini mengajarkan tentang pentingnya menghargai dan menggunakan indera dengan bijaksana.
  6. Nem (6): Angka enam melambangkan keharmonisan dan keberuntungan. Ini mengajarkan tentang pentingnya hidup dalam harmoni dengan diri sendiri dan lingkungan.
  7. Pitu (7): Angka tujuh memiliki makna spiritual dan sering dikaitkan dengan keberuntungan. Ini juga melambangkan kesempurnaan.
  8. Wolu (8): Angka delapan melambangkan kekayaan dan kelimpahan. Ini mengajarkan tentang pentingnya bersyukur atas segala keberlimpahan yang dimiliki.
  9. Sanga (9): Angka sembilan melambangkan kesucian dan keberuntungan. Ini juga sering dihubungkan dengan sembilan arah mata angin.
Baca Juga :   12 Ways to Improve Your Child's Concentration

Dalam budaya Jawa, filosofi angka digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam perhitungan waktu, upacara adat, dan ramalan. Orang Jawa percaya bahwa angka-angka ini membawa energi dan makna tertentu, dan mereka dapat digunakan untuk memprediksi peristiwa atau mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Selain itu, filosofi angka Jawa juga mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal dan pandangan hidup masyarakat Jawa yang mengandung kebijaksanaan dan etika yang tinggi.