Pemanfaatan Ubi Ungu Sebagai Alternatif Pendukung Pengurangan Angka Penderita Diabetes
Daftar Isi
Merlindawibowo.com – Pemanfaatan Ubi Ungu. Menurut International Diabetes Federation (IDF), penyakit COVID-19 memiliki gejala ringan dan sekitar 98% orang yang terinfeksi dapat bertahan hidup dari penyakit tersebut. Lebih dari 80% kasus merupakan kasus ringan dan orang dapat pulih dengan melakukan isolasi di rumah masing-masing. Menurut IDF (2020), jumlah kasus komplikasi COVID-19 pada penderita Diabetes Melitus (epidemi diabetes) di Indonesia masih menunjukkan peningkatan khususnya diabetes tipe 2. Indonesia adalah negara peringkat keenam di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah penyandang diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang (American Diabetes Association & IDF, 2020). Pada tahun 2018 menunjukan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur lebih dari 15 tahun menunjukkan angka sebesar 2%. Angka tersebut menunjukan peningkatan jika dibandingkan dengan prevalensi diabetes melitus pada penduduk lebih dari 15 tahun pada hasil Riskesdas pada tahun 2013 sebesar yaitu 1,5% (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Jenis diabetes tipe 2 yang lebih banyak terjadi pada orang dewasa dan lansia. Namun, kini diabetes tipe 2 juga mulai banyak ditemukan pada anak-anak dan remaja. Pasien diabetes tipe 2 dapat merasakan berbagai gejala, beberapa di antaranya adalah timbulnya bagian tubuh yang menghitam, luka sulit sembuh, hingga penglihatan kabur. Namun, gejala-gejala tersebut membutuhkan waktu lama untuk dapat muncul dan dirasakan penderitanya. Bahkan, kondisi ini berpotensi besar tidak disadari hingga komplikasi terjadi.
Ciri-ciri Penyakit Diabetes
Penyakit diabetes ini dibedakan menjadi dua yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak menyadari bahwa mereka telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa ciri-ciri diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:
- Sering merasa haus.
- Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
- Sering merasa sangat lapar.
- Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
- Berkurangnya massa otot.
- Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energi.
- Lemas.
- Pandangan kabur.
- Luka yang sulit sembuh.
- Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih.
Beberapa gejala lain juga bisa menjadi ciri-ciri bahwa seseorang mengalami diabetes, antara lain:
- Mulut kering.
- Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki.
- Gatal-gatal.
- Disfungsi ereksi atau impotensi.
- Mudah tersinggung.
- Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa jam setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan.
- Munculnya bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan, (akantosis nigrikans) sebagai tanda terjadinya resistensi insulin.
- Beberapa orang dapat mengalami kondisi prediabetes, yaitu kondisi ketika glukosa dalam darah di atas normal, namun tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes. Seseorang yang menderita prediabetes dapat menderita diabetes tipe 2 jika tidak ditangani dengan baik.
Pakar diabetes Profesor Dr dr Sidartawan Soegondo menjelaskan pengobatan diabetes mellitus pada tahap yang paling ringan tidak memerlukan obat melainkan hanya dengan mengubah pola hidup menjadi pola hidup sehat. Sidartawan dalam wawancaranya di suara.com Jakarta menyebutkan bahwa, “Jika penyakit diabetes sudah diketahui, baru saja diketahui, dan belum ada komplikasi, obatnya bukan pakai obat tapi mengubah pola hidup”. Ia menekankan pengobatan untuk pengidap diabetes berbeda-beda tergantung kondisi pasien saat datang ke tenaga medis. Apabila pengidap diabetes sudah mengalami berbagai macam komplikasi, maka akan lebih banyak obat yang diberikan. Selain itu, dibutuhkan edukasi untuk mengatur pola kadar gula dan cara pengolahan ubi ungu menjadi obat diabetes ini kepada masyarakat khususnya di pedesaan. Masyarakat Desa tentu masih minim mengenai pengetahuan penangan diabetes terutama yang tinggal di daerah pelosok atau terpencil. Meskipun penyakit diabetes mellitus merupakan kategori Penyakit Tidak Menular (PTM), akan tetapi tetap menjadi masalah utama pada kesehatan masyarakat, baik secara global, nasional maupun lokal. Terlebih masyarakat yang ada di pedesaan. Penyakit ini pun merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Diabetes merupakan serangkaian gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin, sehingga menyebabkan kekurangan insulin baik absolut maupun relatif, akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah.
Baca juga : Sereal Biji Nangka Yang Praktis dan Bergizi
Baca juga : Peluang Bisnis 2023
Ubi Ungu
Ubi jalar ungu atau purple sweet potato merupakan jenis umbi-umbian yang berasal dari Amerika dan dikembangkan di Jepang. Terkait rasa, ubi ungu memiliki rasa yang bervariasi seperti manis, agak manis, agak pahit, dan pahit. Secara biologis, ubi ungu dan kentang masih berada dalam satu keluarga. Warna ungu pada ubi terjadi karena tanaman golongan umbi-umbian ini kaya zat yang bernama anthocyanin, yang aman dikonsumsi oleh manusia. Beragam nutrisi terkandung dalam ubi jalar ungu, seperti kalsium, magnesium, potasium, fosfor, sodium, zat besi, dan kalium. Ubi ungu juga mengandung vitamin seperti B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B9 (folat), vitamin E, vitamin K, dan vitamin A. Ubi jalar ungu mentah kaya karbohidrat kompleks. Ada beberapa manfaat ubi ungu yang sangat baik untuk kesehatan tubuh. Cara untuk mendapatkan manfaat ubi jalar ungu dengan merebus atau menambahkannya pada olahan makanan lain. Ubi jalar ungu atau sering disebut juga ubi jalar dengan mudah dapat kita temukan di pasar tradisional. Ubi jalar ungu ini memiliki nama ilmiah ipomea batatas yang merupakan makanan tradisional yang memiliki banyak sekali manfaat (Agustin, 2021).
Antosianin ubi jalar ungu adalah jenis pigmen merah antosianin alami yang diekstraksi dari akar atau batang ubi jalar ungu. Mereka stabil dan memiliki fungsi antioksidan, anti-mutasi, anti-tumor, perlindungan hati, hipoglikemia, dan anti-inflamasi, yang memberi mereka prospek aplikasi yang baik. Meskipun demikian, sejauh ini belum ada kajian yang komprehensif tentang antosianin ubi jalar ungu. Ekstraksi, karakterisasi struktural, stabilitas, aktivitas fungsional, aplikasi dalam makanan, kosmetik, obat-obatan, dan industri lain dari antosianin dari ubi jalar ungu, beserta biotransformasinya secara in vitro atau oleh mikroorganisme usus diulas dalam makalah ini, yang memberikan referensi untuk pengembangan lebih lanjut dan pemanfaatan antosianin. Kandungan yang terdapat pada ubi jalar ungu mengandung antosianin dan vitamin C yang berperan sebagai antioksidan. Senyawa ini dapat meningkatkan kekebalan, menjaga tubuh dari penyakit berbahaya. Antosianin dalam ubi ungu juga merupakan jenis antioksidan polifenol. Antosianin pada ubi ungu memiliki efek anti-inflamasi dan membantu meningkatkan produksi sitokin yang mengatur respon imun. Makan buah-buahan dan sayuran yang kaya polifenol secara teratur telah dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah dari beberapa jenis kanker dan penyakit kronis lainnya. Sehingga, Ubi Jalar Ungu sebagai salah satu upaya alternatif untuk mencegah penyakit diabetes lebih tepatnya diabetes melitus tipe 2. Menurut Lukman, kelebihan dari ubi jalar atau ketela ungu memiliki kandungan gizi yang beragam salah satu senyawa mikronutrien yang terdapat pada ubi ungu memiliki peran penting untuk manusia antara lain pigmen. Khasiat atau manfaat ubi jalar ungu ini cukup banyak dikarenakan ketela pohon memiliki banyak sekali zat zat yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh, manfaat dari ketela pohon itu sendiri antara lain sebagai pencegah kanker, menjaga kesehatan tulang, dan terutama mengatasi diabetes. Selain itu, ubi jalar ungu ini dapat dengan mudah ditemukan di pedesaan sehingga masyarakat desa dapat memulai hidup sehat untuk mengurangi angka penderita diabetes di Indonesia juga.
Cara Mengolah Ubi Ungu
Cara yang dipilih adalah dengan mengukus atau merebus ubi jalar ungu yang sudah dibersihkan lalu masukan ke dalam panci berisi air bersih beserta kulitnya dan diberi sedikit garam agar terasa lebih gurih. Namun perlu menghindari jangan terlalu matang sehingga tidak akan mengubah indeks glikemik ubi jalar yang memerlukan waktu cerna agak lama saat dikonsumsi. Hindari merebus ubi jalar dengan cara kulitnya dikupas. Cukup bersihkan dengan air bersih seluruh permukaan kulit hingga benar-benar bersih lalu rebus beserta dengan kulitnya. Ketika sudah matang, kemudian boleh mengonsumsi dalam keadaan dingin dan langsung dimakan bersama dengan kulitnya, karena ada beberapa nutrisi penting banyak terdapat pada kulit ubi jalar.